Tuesday, April 18, 2017

7200 menit di Ranu Kumbolo Kaki Gunung Semeru



Orang bilang engkau sungguh, cantik dan mempesona hingga pikiranku melayang. Orang bilang engkau sungguh manis dan eksotis, hingga imajinasiku mulai berkembang. Sejak, 4 tahun lamanya aku mengenalmu lewat dunia mayaku. Namun, aku tak mampu menemuimu.
Apalah dayaku waktu itu, tak mampu untuk mengunjungimu. Dan, apalah dayaku tak mampu mengungkapkan rasa ini padamu.
Detak jantungku semakin bergetar. Saat ada teman yang mengajakku untuk menemuimu pujuaan hatiku. Aku mulai mempersiapkan seperti aku yang tak biasa. Mungkinkah, aku tak menjadi diriku seperti biasanya? Mungkinkah, ini yang dinamakan cinta? kepadamu wahai pujaan hatiku. Hingga, terdengar bingar dari teman sejati hidupku. Ia tak membolehkan aku untuk berangkat menemuimu.
Namun, tekadku semakin kuat layaknya gunung akan aku belah menjadi dua bagian. Akupun tetap berangkat menuju tempat pertemuan kita wahai pujaan hatiku.
***
Senin, 10 April 2017 merupakan hari pertama Ujian Nasional 2017 tingkat SMA. Siswa kelas tiga bergegas untuk mempersiapkan diri bertarung diakhir babak. Saya juga akan bertarung melawan waktu untuk menemui sang pujaan hatiku. Sudah saatnya, rasa yang terpendam ini aku sampaikan.
Pagi yang petang tepat pukul 06.00 WIB aku berangkat dari rumah menuju tempat pertemuan kita wahai pujaan hatiku. Dengan motor butut yang aku berinama “kuda putih” ku untuk menjemput permaisuriku. Dengan sedikitnya waktu, aku mulai tergugup malu dalam perjalananku.
Beribu-ribu langkah menuju tempatmu, disetiap langkah aku menemui teman-temanmu saja. Tapi engkau tak muncul juga. Deras keringat sudah membasahi perjalanan ini. Tetap semangat mendengarkan burung bernyanyi. Aku tetap menikmati perjalanan ini dengan membayangkanmu wahai pujaan hatiku. Langit mulai marah saat aku mulai terobsesi denganmu. Semangatku seperti burung yang terbang elok di atas awan hingga langitpun menampakkan cemburunya hingga bergemuruh. Tangisan langit siang ini membuat perjalananku terhenti agar aku tak terpelosok menuju jurang yang suram. Aku putuskan untuk berhenti, agar aku tetap bisa melihatmu wahai pujaan hatiku. Agar aku bisa duduk di sampingmu dan bisa tidur dalam pangkuanmu.
3600 detik berlalu aku menunggu langit menangis dengan aku tuliskan puisi untukmu wahai pujaan hatiku. Hatiku tergoyah dan sudah mulai lelah menunggu tangisan dan jeritan langit siang ini. Hati kecilku berkata “Apakah aku bisa berjumpa denganmu? Apakah waktu ini tidak tepat? Apakah aku kembali dan menunggu beberapa tahun lagi?” Duduk merenung aku termenung, diam mulai membisu.
Sontak gembira semua orang yang merasa terjebak dalam tangisan langit siang ini, karena langit mulai tersenyum dengan sebuah tanda warna-warni indah langit ini. Langkahku mulai bergerak meneruskan perjalanan ini untuk menemui wahai pujaan hatiku. Bumi yang kupijak sekarang telah lemas gemulai, serasa tak bersahabat aku melangkah. Pijakan demi pijakan dengan konsentrasi yang tinggi agar aku tak terpelosok jauh dalam lintasan. Karena aku takut jatuh, dan hilang sebelum menemuimu wahai pujaan hatiku.
Matahari pun malu saat aku mulai mendekatimu, serasa hampir mendekatimu. Terlihat sedikit celah tempat pertemuan kita, namun langkah masih panjang. Detik demi detik, menit demi menit langkah ini akan sampai di tempat pertemuan. 7200 menit aku butuhkan untuk sampai menemui pujaan hati diiringi dengan kondisi badan yang mulai tak berdaya dan kupu-kupu kecil melitari di atas kepalaku.
Aku telah sampai di tempat pertemuan kita, namun engkau tak kunjung datang. Apakah engkau lupa? Ataukah engkau tak akan datang? Apakah engkau mengkhianati pertemuan ini? Aku mulai marah dalam hati kecilku. Duduk termenung di bawah bulan purnama, serta bintang bertaburan hingga langit membelah terbelah.
Malam semakin malam, bibir mulai berdendang, serta badan ini mulai menari-nari kecil. Menggigil kedinginan aku korbankan berdiam diri. Menunggu dirimu wahai pujaan hatiku. Karena sekian lama aku menunggumu. Hingga aku terlelap tertidur dalam tumpukan jerami yang hijau.
7200 menit kedua, terdengar bising segerombolan orang membuat aku terjaga dalam tidurku dan mimpi indah bersamamu. Ternyata engkau menampakkan dirimu perlahan-lahan dari kejauhan. Akupun terkaget-kaget hingga sulit untuk bernafas dan berkata-kata. Engkau yang cantik dan mempesona datang mendekatiku. Engkau yang manis dan eksotis membuat aku tersontak kaget dan berkata subhanallah. Ternyata engkau tak mengkhianati pertemuan kita.
Benar orang bilang engkau cantik dan mempesona, akupun bilang begitu. Benar orang bilang engkau sungguh manis dan eksotis, akupun juga begitu. Biar orang lain ingin mengenalmu, saya ajak kemari atau akan mengenalmu di dunia maya. Sungguh aku senang dan bergembira bisa bertemu denganmu di tempat ini. Berbagi cerita, canda, tawa, dan tangis aku curahkan kepadamu wahai pujaan hatiku. Harapan dan impian aku tuliskan bersamamu.
Ya kamu memang cantik dan mempesona, engkau memang manis dan eksotis, ya wahai pujaan hatiku. Ya kamu lah Ranu Kumbolo. 2400 MDPL kaki gunung semeru, gunung tertinggi di pulau jawa. Tulisan ini tentang kamu Ranu Kumbolo pagi hari.
Rahmad Sugianto – 2400 MDPL
Ranu Kumbolo – Kaki Gunung Semeru

0 comments:

Post a Comment